NW ONLINE – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) Maulanasyaikh Dr. TGKH Muhammad Zainuddin Atsani, Lc. MPdI menjadi bintang majlis. Beliau menerima kepercayaan sebagai pimpinan tertinggi di Nahdlatul Wathan ini bukan atas kehendak dan ambisi pribadi. Bukan pula gila hormat dan haus pujian.

Hal tersebut dapat kita ketahui dari ungkapan hati beliau yang paling dalam di berbagai kesempatan, bahasa ketawadhuan beliau tercermin dari kata-kata “Saya hanya seorang marbot di NW”. Tidak pernah malu menyebut diri beliau seorang merbot, dimana kita maklumi seorang marbot identik sebagai penjaga, pemelihara, pembersih, pengatur, pencipta suasana nyaman.

Beliau juga menyebut diri hanya remah-remah roti. MasyaAllah. Sebuah ungkapan yang jauh dari kesan membesarkan diri, memuliakan diri apalagi menyombongkan diri. Sebutan pengganti dari PBNW dinilainya sebagai amanat yang harus dijaga, dipelihara. Tugas utama adalah merawat, menjaga dan meneruskan perjuangan ninikdanya.

Amanat yang dipercayakan oleh Pendiri NW, (Ninikda beliau), alhamdulillah tengah dijalankannya, tengah diperjuangkannya. Bersama jamaah Nahdlatul Wathan beliau terus bergerak, berkiprah, berfastabiqul khoirot. Sebagai seorang leader, beliau membangun komunikasi, kordinasi, konsolidasi dengan menghidupkan organ dan stake-holder organisasi.

READ  HULTAH yang istimewa, Simbol Kebangkitan Baru Nahdlatul Wathan

Ikhtiar dan gerakannya terbukti disambut dan direspon cepat oleh jamaah. Sehingga dalam periode pertama kepemimpinannya sebagai Ketum PBNW dapat mengembangkan sayap organisasi sampai ke 38 propinsi di Indonesia. Dengan berdirinya kepengurusan PWNW di masing-masing propinsi.

Keliahaiannya bersosialisasi, berkomunikasi, alhasil terbentuklah lima Perwakilan NW luar negeri. Ini tidak mudah dilakukan kalau tidak memiliki jiwa leadership yang baik. InsyaAllah kemudahan yang beliau dapatkan, bagian dari terkabulnya doa-doa ninikdanya, doa jamaah, doa para ulama, misalnya doa Syaikh Mustofa pada tausyiah beliau di majlis Hultah berikut:

“Kemudian selanjutnya dilanjutkan oleh Maulanasyaikh TGKH. Dr. Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani. Ini sesungguhnya adalah kehendak Allah Swt, kehendak azalinya Allah. Ini sesungguhnya adalah masyiatullah azaliyyah. Kehendak Allah pada zaman azali yang terwujud sekarang ini.

Maulanasyaikh Hamzanwadi II menjadi penerus Almagfurulah Maulanasyaikh. Ini adalah kehendak Allah Swt yang harus kita terima. Oleh karena itu dengan iringan doa saya kata beliau; Mudah-mudahan Allah senantiasa membantu, menjaga beliau untuk terus berjuang, memperjuangkan organisasi Nahdlatul Wathan ini, sehingga beliau menyaksikan kesuksesan, aamiin yaa robbal aalamiin.”

READ  Persatuan Menuju Kejayaan: Meneladani Wasiat Maulana Syaikh TGKH. Zainuddin Abdul Madjid

Ada dua garis besar pada statement Syaikh Mustofa di hadapan ratusan ribu jamaah yang hadir di hari hultah. Pertama adalah Kiyai Hamzanwadi II memperoleh kemuliaan saat ini sebagai panutan ummat, sebagai pimpinan tertinggi Nahdlatul Wathan, merupakan sebuah maziyyah azaliyyah. Keputusan Tuhan dizaman azali yang harus kita terima, sami’na waato’na.

Kedua adalah apresiasi perjuangan Hamzanwadi II yang mampu terus menahkodai NW menjadi bertumbuh dan berkembang. Prestasi mulia ini harus kita bantu, kita dukung, kita ngiring apa saja instruksi dan arahan beliau. Terutama membantunya dengan banyak mendoakan semoga perjuangan beliau sukses dan lancar. Sebagaimana doa Syaikh Mustofa, mari kita aminkan. Aamiin.

(Catatan 47, Semarak HULTAH ke-89 Madrasah NWDI. Pengajian oleh Al-‘Aalimul’allaamah Dr. As-Syaikh Musthofa Buzayyan At-Tilimsani [Part Seven]

(Ahad 4 Rabiul Awwal 1445 H/8 September 2024)

50% LikesVS
50% Dislikes