NWOnline | Sabtu, 2 Februari 2019 : 01:00
Sesungguhnya tidak bisa diragukan lagi bahwa mempelajari Al-Qur’an, membaca dan menghafalkannya, merupakan salah satu amal shaleh yang paling utama. Nabi Shallallhu ‘alaihi wasallam telah memotivasi kita agar kita senantiasa rajin menjaga hafalan Al-Qur’an kita karena khhawatir terlupa; yaitu dengan cara meroja’ah (mengulang-ulang) hafalan secara istiqomah.
Karena sesungguhnya lupa terhadap hafalan Al-Qur’an merupakan perkara tercela, karena hal itu menunjukkan kurangnya perhatian terhadap kitabullah dan berpaling darinya. Padahal sudah kita ketahui, bahwa sesungguhnya orang-orang yang bisa mengafal Al-Qur’an adalah orang-orang yang diberi nikmat yang sangat agung oleh Allah Subhanahu wa ta’a
Lantas bagaimana hukumnya orang yang hafal Al-Qur’an kemudian lupa akan hafalannya?
Merujuk kepada kitab az-Zawajir karya Al-Imam Abu Al-Abbas Ahmad bin Hajar Al-Haitami:
الكبيرة الثامنة والستون : نسيان القران او اية منه بل او حرف اخرج الترمذي و النسائي عن انس ان النبي صلى الله عليه وسلم قال : عرضت علي اجور امتي حتى القذاة يخرجها الرجل من المسجد عرضت علي ذنوب امتي فلم أر ذنبا اعظم من سورة من القران او اية أوتيها رجل ثم نسيها
Dosa besar yang ke 68 ialah melupakan hafalan Al-Qur’an meskipun satu ayat atau satu huruf saja. Imam Tirmidzi dan Imam An-Nasai’ mengeluarkan hadits dari Anas ra. sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Diperlihatkan kepadaku pahala-pahala ummatku, sampai-sampai (pahala) sampah yang dikeluarkan seseorang dari masjid. Dan ditampakkan kepadaku dosa ummatku, saya tidak melihat dosa yang lebih besar dibandingkan seseorang yang telah diberi (hafalan) surah Al-Qur’an atau ayat kemudian dia melupaknnya.”
Dan masih banyak juga riwat-riwayat hadits yang semakna dengan makna di atas. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Ima Abu Dawud dari Sa’ad bin Ubadah, hadits yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr dari Anas ra, hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Al-Walid bin Abdullah bin Abi Mugits,.

Lantas lupa hafalan yang seperti apakah yang dianggap berdosa besar?
Lupa hapalan Al-Qur’an yang dianggap berdosa apabila dia malas ataupun sengaja meninggalkan dan mengabaikan hafalannya.
Merujuk kepada kitab az-Zawajir karya Al-Imam Abu Al-Abbas Ahmad bin Hajar Al-Haitami:
قال الجلال البلقيني والزركشي وغيرهما : محل كون نسيانه كبيرة عند من قال به اذا كان عن تكاسل وتهاون انتهى
Berkata Imam Jalaluddin Al-Bulqini, Imam Az-Zarkasyi dan yang lainnya: “Lupa hafalan Al-Qur’an itu dianggap dosa besar, jika disebabkan kemalasan dn kecerobohan”.
وكأنه احترز بذالك عما لو اشتغل عنه بنحو اغماء او مرض مانع له من القراءة وغيرهما من كل مالا يتاتى معه القراءة وعدم التأثيم بالنسيان حينئذ واضح لانه مغلوب عليه لااختيار له فيه بوجه
Mengecualikan, seandainya dalam kondisi memiliki penyakit seperti penyakit ayan, koma atau sakit yang mencegah dirinya dari membaca al-Qur’an yaitu penyakit-penyakit yang yang menyulitkan untuk menmbaca al-Qur’an. Dalam kondisi seperti tidak dianggap berdosa jika ia lupa akan hafalannya karena tidak ada pilihan lain lagi baginya kecuali lemah tak berdaya”. Wallahu a’lamu bis shawab (Ibnu Rustam).