NW ONLINE – Ayo saksikan gelora Cinta Maulana, buka mata dan telinga kita untuk meresapi, menikmati, menghayati kata mutiara cinta yang diucapkan beliau saat orasi kebangsaan. Temukan semangat menyala, dapati nasihat mulia. InsyaAllah semangat kita akan tersulut api cinta tanah air. Lalu Nyalakan terus sepanjang masa. Ini dia sabda cinta putra terbaik bangsa dari NTB.
“Usia saya sudah senja, matahari tetap terbit dari timur. Saya tidak rela kemerdekaan yang kita tebus dengan lautan darah itu kita sia-siakan. Tetapi kita harus bangun sekali lagi, kita harus bangun menurut kemampuan dan profesi kita masing-masing, sehingga meratalah kemakmuran dan keadilan di seluruh Persada Tanah Air Tercinta. Saya tetap setia, taat, dan patuh kepada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam negara Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945”
Kalimat diatas diucapkan oleh Pahlawan Nasional Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Alanfenani pada saat pidato di depan Ketua DPP Golkar, H. Soedarmono SH pada tanggal 26 April 1986 M. Historis cinta yang terukir didinding sejarah bangsa.
Goresan kata-kata mutiara itu akan selalu nyaring ditelinga kita. Sebuah deklarasi cinta yang membara untuk bangsa. Itulah suara qolbu yang bersih yang melukis jiwa nasionalis Abul Madaris, Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid Alanfenani.
Setiap diksi kata yang dipilih adalah percikan dari gelora semangat nasionalis sang Pahlawan Nasional dari Pulau seribu masjid itu. Untaian kalimat penuh makna yang dideklarasikan. Mengexpresikan jiwa cinta tanah air yang kuat mengakar dalam jiwa.
Sang Putra Selaparang itu bercerita tentang cinta sejatinya untuk negeri. Meskipun usia senja kala itu, namun penuh harapan buat generasi penerus bangsa, yang akan melanjutkan semangat menyala, yang akan mewariskan gelora cinta untuk NKRI. Coba tengok kalimat penggugah berikut; “MATAHARI TETAP TERBIT DARI TIMUR“.
Matahari menjadi simbol generasi penerus yang akan terus terbit menyala. Sinarnya akan terus menyala menerangi nusantara. Generasi-genarasi anak bangsa yang tumbuh, mendapat suntikan energi semangat yang ditularkan, yang ditransferkan, yang dipancarkan oleh semangat menyala Maulana yang sejak dulu dikobarkan.
Catat kata pembakar semangat beliau: “Kita Harus Bangun Menurut Kemampuan dan Profesi kita masing-masing.” Inilah pesan bijak yang melejitkan potensi diri kita. Beliau tidak suka kita berpangku tangan, apalagi tidur bermalas-malasan. Pahlawan hebat itu ingin kita bangun, berdiri, bangkit, berbuat, berkarya untuk negeri.
Beliau bercita-cita mulia ingin meratakan kemakmuran dan keadilan. Ini sebuah PR, sebuah mimpi yang harus terus diupayakan. Beliau tidak rela kita menjadi bangsa yang terbelakang. Bangsa yang ketinggalan, apalagi terjajah. Zaman penjajah telah usai. Tapi penjajahan kebodohan harus terus diperangi.
Indah sekali akhlakul-karimah beliau dalam penggalan kalimat berikut: “Saya tetap setia, taat, dan patuh kepada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam negara Repupublik Indonesia dan Undang-Undang Dasar1945”. Beliau memberi teladan tentang kebaktian dan kepatuhan. Demi cinta beliau buntuk NKRI Republik Indonesia.
Dirgahayu HUT RI ke-79, semoga kita bisa mewarisi semangat dan kebaktian Maulana. Tauladan kesalehan, tauladan kegigihan dan ketekunan. Tauladan cinta yang menyala. Cinta yang tulus pada negeri juga menjadi simbol cinta pada Ilahi yang telah menganugerahkan kemerdakaan negeri tercinta Indonesia.
(Catatan Refleksi HUT RI ke-79)
(Sabtu 13 Shafar 1445 H/17 Agustus 2024)